Rabu, 16 Januari 2013

Dialog SRI


SMS dari Pak Wiyu : tgl. 4 Maret 2013, jam 08.44

Dear Temans,
THIS WEEK ART ACTIVITIES
. . .
. . . .

Jika saya seorang pedagang seni, maka saya akan merasa senang jika mendengar kabar bahwa harga karya seni dagangan saya akan naik berlipat ganda, kecuali saya seorang pessimis, sedang frustasi berat, sangat bodoh atau tidak waras.                    
<wiyu bb pin 2634919C>




Balasan kami kepada Pak Wiyu : 4 Maret 2013, jam 11.00

YTH. Pak Wiyu Wahono


1. Sudah benar ! hanya pedagang yang pesimis, frustasi, bodoh bahkan sangat tidak waras yang tidak senang harga ( stock ) karya seninya akan naik berlipat ganda.

2. Walau pun semua gejala gerakan pada harga pasar, masih memerlukan pendalaman dan pencermatan terlebih dahulu. Apa sebabnya dan apa pula faktor pembenaran yang akan membuat “AKAN NAIK HARGA“ tersebut ?. Maka sungguh tragis, bilamana seorang pengamat seni dengan mudahnya termakan isu murahan, lantas turut mengedarkan berita kebohongan akan terjadinya booming pra pameran Art Stage Singapore, bukankah ini yang sedang berlaku, karma membidas keras kewajahnya ? Biasanya berita bohong tidak dapat merujuk kebagian titik nalar dari sebab ke musabab, terbukti mana Boomingnya atau setidaknya mana itu yang dikatakan AKAN NAIK HARGA ?

Lihatlah VIDEO : LORENZO RUDOLF : Sales from Indonesian Pavilion did not cover costs , February 27, 2013  , patchenlaw.wordpress.com-2013                                                                                                                         
                     
3. TERAKHIR PERLU DIINGATKAN, BAHWA TERBANGUNNYA STRUKTUR HARGA KARYA SENI RUPA TERDIRI DARI NILAI ,  KEPERCAYAAN  DAN  KONTROLNYA PADA KEPERCAYAAN  TERSEBUT ,  DIDALAMNYA ADA KANDUNGAN MORAL YANG MELAHIRKAN ETIKA                                                                                                                 


Salam
hendrotan 


-------------------00--------------------


SMS dari Pak Wiyu : tgl. 25 Februari 2013, jam 10.00

Dear Temans,
THIS WEEK ART ACTIVITIES
. . .
. . . .

Di Indonesia banyak pihak mempromosikan seni rupa Indonesia dengan caranya masing-masing. Ada yang melakukannya tanpa memikirkan akan mendapatkan profit, ada yang melakukannya dengan tujuan mendapatkan keuntungan jangka pendek ataupun jangka panjang. Ada yang membicarakan secara terbuka ke publik, ada yang melakukan secara diam-diam. Tidak ada pihak yang harus memberikan pembuktian.  <wiyu bb pin 2634919C>




Balasan kami kepada Pak Wiyu : 25 Februari 2013, jam 12.00

Yth. Pak Wiyu Wahono


1. Kalau Galeri–komersial dan Kolektor ( atau Investor ) sesuai pada bagian dan profesinya tentu mengharapkan keuntungan jangka panjang ( materi ), sembari memenuhi kepuasan jiwa dalam kecintaannya pada kesenian, pengoleksian dengan nilai invest yang semakin berharga dan status sosial yang menjanjikan.

2. Betul, siapa pun tidak harus memberikan pembuktian untuk kiprah baktinya pada Seni Rupa Indonesia, sepanjang dia tidak merendahkan peran galeri Indonesia pada umumnya mau pun lembaganya.


Salam
hendrotan 


------------------------------------------------------------------------------------------------------------


——> Balasan kami kepada Pak Wiyu : 16 Januari 2013

   Yth. Pak Wiyu Wahono

1. Jika “keinginan memiliki sejarah seni rupa Indonesia adalah satu mimpi,” sebagaimana pernyataan Anda, karena Indonesia tidak ada art historian, karena universitasnya tidak ada jurusan art history dan ketiadaan tenaga pengajar, maka, hemat saya, Anda sebagai insani SRI harus bersikap sebaliknya, dengan optimisme cara berpikir, bersemangat yang positif dan berperangkat kerja yang baik dan benar, sembari menyokong penyusunan buku sejarah seni rupa Indonesia dan kedepannya berkontribusi membangun jurusan art history di pelbagai universitas. 
Sinyalemen Anda, Indonesia tidak mempunyai rekaman sejarah seni rupa, atau paling banter sekedar dugaan/interpretasi dari penulis yang bukan art historian? Apa maksud dari kalimat Anda tersebut ? Sepertinya Anda tidak tahu dengan rekam jejak yang telah tercatat, terkumpul dan tersimpan baik dan Anda buta pada kemampuan para intelektual seni rupa negeri ini, Pak Wiyu terlalu lama berada di luar Indonesia kiranya ..

2. Sekali lagi dengan adanya buku sejarah seni rupa Indonesia dan buku sejarah seni rupa kontemporer Indonesia yang komprehensif, kita justru memiliki sandaran atau rujukan yang sahih, yang  di – sepahamkan bersama. Selanjutnya memperoleh pengakuan tanpa reserve di forum perhelatan seni rupa dunia, juga di struktur pasar internasional  ( semoga ). Maka, bagi saya, buku sejarah seni rupa tetaplah penting, tidak sekadar metode pembacaan atas mutu karya seni rupa kontemporer Indonesia. Tapi juga sumber terpercaya, berisi dokumen riwayat, keakraban, kemanusiaan, kepercayaan, sosial, sumber alam, tradisi adat dan budaya tentang eksistensinya sebagai karya seni Indonesia yang handal. 

3. Seyogianya Pemerhati  seni  rupa yang baik, tidak akan  mudah  mengedar warta suatu  skenario Booming yang naif dan dangkal, akan terindikasi ( dikhawatirkan ) ingin berbakti untuk someone dan tak segan menyesatkan berpuluh Kolektor muda dan Investor pemula, yang jelas adalah komunitasnya sendiri.

4. Saya bukan xenophobia, namun sebagai galeri anak negeri berlabel Indonesia saya menggunakan hak untuk mengkritisi mereka yang “bertujuan mencari profit dari seni rupa Indonesia” dengan cara merusak infrastruktur seni rupa di negeri ini, sehingga kerusakannya makin parah dan ( mungkin saja ) terlihat konyol di mata pelaku seni rupa “Singapore, Malaysia, Philipina, Australia, Amerika, Eropa, Jepang dan China bahkan dunia”.

Come on dear brother Wiyu ! Di manakah akal sehat ? Di manakah nalar kritis kita untuk menyikapi realitas getir itu ? Tidakkah kita harus menggunakan “ethics study and morality study”, untuk menyadarkan diri kita akan kenyataan yang ironis tersebut ? 

Salam
hendrotan   



---------------------------------------------------------



SMS dari Pak Wiyu : tgl. 15 januari 2013

Yth. Pak Hendro Tan,

Sebagian besar negeri2 diluar Amerika Serikat dan Eropa tidak mempunyai rekaman sejarah seni rupa. Di negeri2 ini, buku sejarah seni rupa tidak ditulis diwaktu yang bersamaan dengan waktu kejadian. Rekaman sejarah seni rupa ditulis beberapa dekade kemudian sebagai dugaan/interpretasi dari si penulis yang juga bukan art historian, karena di negeri2 ini, seperti di Indonesia, tidak ada art historian (karena universitasnya juga tidak ada jurusan art history dan tenaga pengajar art history bukan art historian). Dimasa lalu, sejarah seni rupa 'barat' lah yang digunakan sebagai patokan dalam membaca seni rupa Indonesia. Untuk membaca seni rupa kontemporer yang berkonteks localness, identity, dll, metode ini tidak bisa digunakan lagi.

Karena rekaman sejarah seni rupa di masa lalu yang tidak exist tidak bisa lagi ditulis di abad 21 ini, maka keinginan memiliki sejarah seni rupa Indonesia adalah satu mimpi! Lagi pula, apakah seni rupa kontemporer hanya bisa dibaca dengan menggunakan sejarah seni rupa? Tidak!

Ada pakar seni rupa yang mengusulkan agar pembacaan seni rupa kontemporer sebaiknya menggunakan cultural study, sociology atau anthropology. Usul ini sangat menarik, karena Indonesia (dan negeri2 lainnya) mempunyai kesempatan untuk melepaskan diri dari pemikiran yang saat ini Pak Hendro Tan yakini.

Jika pendapat Pak Hendro Tan betul, maka seni rupa kontemporer yang 'baik' hanya bisa datang dari negeri2 Eropa dan Amerika Serikat. Artinya, dunia seni rupa akan mengulangi dominasi dan dictatorship dari dunia barat!

Sebagai penutup, mohon Pak Hendro Tan jangan menyindir orang2 luar yang bertujuan mencari profit dari seni rupa Indonesia, karena Pak Hendro Tan sebagai galeris mencari profit di seni rupa, mengapa mereka tidak boleh?

  
Salam,
WW 


--------------------------------------------------



SMS dari Pak Wiyu : tgl. 14 januari 2013

Dear Temans, THIS WEEK ART ACTIVITIES Sebentar lagi, akan ada tulisan tentang seni rupa kontemporer Indonesia di harian bergengsi The New York Times. Saat penulisnya ditanya "Mengapa Anda menulis tentang seni rupa kontemporer Indonesia?". Dia menjawab: "Karena saya bertemu sangat banyak orang di Amerika dan Eropa, mereka semua mengatakan bahwa boom seni rupa berikutnya adalah Indonesia". <wiyu bb pin 22C4CBAF>


——> Balasan kami kepada Pak Wiyu : 14 Januari 2013

YTH.    
Menanggapi sms Pak Wiyu, he he .. Tidak akan ada Boom Pak ,  SEBELUM ADA BUKU SEJARAH SENI RUPA INDONESIA DAN BUKU SEJARAH SENIRUPA KONTEMPORER INDONESIA YANGKOMPREHENSIF , TIDAK AKAN ADA BOOM - BOOMING LAGI., SIMPAN SAJA MIMPI BULE ITU, Pizza .. Pizza .... beli satu dapat tiga ..

Best regards hendrotan


——> Balasan kami kepada Pak Wiyu : 14 Januari 2013

YTH.

1.
Bahwa Senirupa Indonesia MEMERLUKAN ADANYA BUKU UTK CATATAN SEJARAHNYA yg Komprehesif , karena itu akan memenuhi persyaratan legitimasi , logikalitas dan rasionalisasi sebagai energy BOOM – BOOMING yad.

2.
Selama ini kebanyakan Kolektor dan Investornya kurang mengerti mengenai kepentingan masif tsb.,Galeri dan Kuratornya tidak mau mengerti , Lembaga pendidikan, Institusi negara dan perupa mapannya kebingungan tidak tahu harus bagaimana ? Alih alih bodoh berjemaah ..

Best regards hendrotan

——> Balasan kami kepada Pak Wiyu : 15 Januari 2013

Boom tanpa wacana akan menjadi boom yg naïf , sesaat dan sesat . dia tidak membangun struktur medan pasar senirupa , tapi sekadar menciptakan sensasi picisan, yg merugikan dan melukai Kolektor dan Investor, juga  ( kedepannya ) menghancurkan SENI RUPA INDONESIA.

Best regards hendrotan

——> Balasan kami kepada Pak Wiyu : 15 Januari 2013

Dukun pembual berambisi merubah peta seni rupa Indonesia, dengan mendesign ulang struktur medan pasarnya, design sesat tersebut, didukung korbannya  = para pemodal muda yang potensial yang terubah pikirnya jadi kelompok kecil spekulan seni, ya …  jadi pengikut saja disesatkan, selain itu mereka tanpa malu mengabaikan kontribusi elemen SRI ( Galeri, Kurator dan Perupa muda ).

Best regards hendrotan

-------------------------------------------------