SMS dari Pak Wiyu :
tgl. 4 Maret 2013, jam 08.44
Dear Temans,
THIS WEEK ART ACTIVITIES
. . .
. . . .
Jika saya seorang pedagang seni, maka saya akan merasa senang jika
mendengar kabar bahwa harga karya seni dagangan saya akan naik berlipat ganda,
kecuali saya seorang pessimis, sedang frustasi berat, sangat bodoh atau tidak
waras.
<wiyu bb pin 2634919C>
<wiyu bb pin 2634919C>
Balasan kami
kepada Pak Wiyu : 4 Maret 2013, jam 11.00
YTH. Pak Wiyu Wahono
1. Sudah
benar ! hanya pedagang yang pesimis,
frustasi, bodoh bahkan sangat tidak waras yang tidak senang harga ( stock )
karya seninya akan naik berlipat ganda.
2. Walau
pun semua gejala gerakan pada harga pasar, masih memerlukan pendalaman dan pencermatan
terlebih dahulu. Apa sebabnya dan apa pula faktor pembenaran yang akan membuat “AKAN
NAIK HARGA“ tersebut ?. Maka sungguh tragis, bilamana seorang pengamat seni
dengan mudahnya termakan isu murahan, lantas turut mengedarkan berita kebohongan
akan terjadinya booming pra pameran Art Stage Singapore, bukankah ini yang sedang
berlaku, karma membidas keras kewajahnya ? Biasanya berita bohong tidak dapat
merujuk kebagian titik nalar dari sebab ke musabab, terbukti mana Boomingnya
atau setidaknya mana itu yang dikatakan AKAN NAIK HARGA ?
Lihatlah VIDEO : LORENZO RUDOLF : Sales
from Indonesian Pavilion did not cover costs , February 27, 2013 ,
patchenlaw.wordpress.com-2013
3. TERAKHIR PERLU DIINGATKAN,
BAHWA TERBANGUNNYA STRUKTUR HARGA KARYA SENI
RUPA TERDIRI DARI NILAI , KEPERCAYAAN DAN KONTROLNYA
PADA KEPERCAYAAN TERSEBUT , DIDALAMNYA ADA KANDUNGAN
MORAL YANG MELAHIRKAN ETIKA
Salam
hendrotan
-------------------00--------------------
SMS dari Pak Wiyu : tgl. 25 Februari 2013, jam 10.00
Dear Temans,
THIS WEEK ART ACTIVITIES
. . .
. . . .
Di Indonesia banyak pihak mempromosikan seni rupa Indonesia
dengan caranya masing-masing. Ada
yang melakukannya tanpa memikirkan akan mendapatkan profit, ada yang
melakukannya dengan tujuan mendapatkan keuntungan jangka pendek ataupun jangka
panjang. Ada
yang membicarakan secara terbuka ke publik, ada yang melakukan secara
diam-diam. Tidak ada pihak yang harus memberikan pembuktian. <wiyu bb pin 2634919C>
Balasan kami
kepada Pak Wiyu : 25 Februari 2013, jam 12.00
Yth. Pak Wiyu Wahono
1. Kalau
Galeri–komersial dan Kolektor ( atau Investor ) sesuai pada bagian dan
profesinya tentu mengharapkan keuntungan jangka panjang ( materi ), sembari
memenuhi kepuasan jiwa dalam kecintaannya pada kesenian, pengoleksian dengan
nilai invest yang semakin berharga dan status sosial yang menjanjikan.
2. Betul,
siapa pun tidak harus memberikan pembuktian untuk kiprah baktinya pada Seni
Rupa Indonesia , sepanjang dia
tidak merendahkan peran galeri Indonesia
pada umumnya mau pun lembaganya.
Salam
hendrotan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
——> Balasan kami kepada
Pak Wiyu : 16 Januari 2013
Yth.
Pak Wiyu Wahono
1. Jika “keinginan
memiliki sejarah seni rupa Indonesia adalah satu mimpi,” sebagaimana pernyataan
Anda, karena Indonesia tidak ada art historian, karena universitasnya tidak ada
jurusan art history dan ketiadaan tenaga pengajar, maka, hemat saya, Anda
sebagai insani SRI harus bersikap sebaliknya, dengan optimisme cara berpikir,
bersemangat yang positif dan berperangkat kerja yang baik dan benar, sembari
menyokong penyusunan buku sejarah seni rupa Indonesia dan kedepannya
berkontribusi membangun jurusan art history di pelbagai universitas.
2. Sekali lagi dengan
adanya buku sejarah seni rupa Indonesia
dan buku sejarah seni rupa kontemporer Indonesia yang komprehensif, kita
justru memiliki sandaran atau rujukan yang sahih, yang di – sepahamkan
bersama. Selanjutnya memperoleh pengakuan tanpa reserve di forum perhelatan
seni rupa dunia, juga di struktur pasar internasional ( semoga ). Maka,
bagi saya, buku sejarah seni rupa tetaplah penting, tidak sekadar metode
pembacaan atas mutu karya seni rupa kontemporer Indonesia . Tapi juga sumber
terpercaya, berisi dokumen riwayat, keakraban, kemanusiaan, kepercayaan,
sosial, sumber alam, tradisi adat dan budaya tentang eksistensinya sebagai
karya seni Indonesia
yang handal.
3. Seyogianya Pemerhati
seni rupa yang baik, tidak akan mudah mengedar
warta suatu skenario Booming yang naif dan dangkal, akan terindikasi
( dikhawatirkan ) ingin berbakti untuk someone dan tak segan menyesatkan
berpuluh Kolektor muda dan Investor pemula, yang jelas adalah komunitasnya
sendiri.
4. Saya bukan xenophobia,
namun sebagai galeri anak negeri berlabel Indonesia saya menggunakan hak untuk
mengkritisi mereka yang “bertujuan mencari profit dari seni rupa Indonesia”
dengan cara merusak infrastruktur seni rupa di negeri ini, sehingga
kerusakannya makin parah dan ( mungkin saja ) terlihat konyol di mata pelaku
seni rupa “Singapore, Malaysia, Philipina, Australia, Amerika, Eropa, Jepang
dan China bahkan dunia”.
Come on dear brother Wiyu
! Di manakah akal sehat ? Di manakah nalar kritis kita untuk menyikapi realitas
getir itu ? Tidakkah kita harus menggunakan “ethics study and morality study”,
untuk menyadarkan diri kita akan kenyataan yang ironis tersebut ?
Salam
hendrotan
---------------------------------------------------------
SMS dari Pak Wiyu : tgl.
15 januari 2013
Yth. Pak Hendro Tan,
Sebagian besar negeri2
diluar Amerika Serikat dan Eropa tidak mempunyai rekaman sejarah seni rupa. Di
negeri2 ini, buku sejarah seni rupa tidak ditulis diwaktu yang bersamaan dengan
waktu kejadian. Rekaman sejarah seni rupa ditulis beberapa dekade kemudian
sebagai dugaan/interpretasi dari si penulis yang juga bukan art historian,
karena di negeri2 ini, seperti di Indonesia , tidak ada art historian
(karena universitasnya juga tidak ada jurusan art history dan tenaga pengajar
art history bukan art historian). Dimasa lalu, sejarah seni rupa 'barat' lah
yang digunakan sebagai patokan dalam membaca seni rupa Indonesia . Untuk membaca seni
rupa kontemporer yang berkonteks localness, identity, dll, metode ini tidak
bisa digunakan lagi.
Karena rekaman sejarah
seni rupa di masa lalu yang tidak exist tidak bisa lagi ditulis di abad 21 ini,
maka keinginan memiliki sejarah seni rupa Indonesia adalah satu mimpi! Lagi
pula, apakah seni rupa kontemporer hanya bisa dibaca dengan menggunakan sejarah
seni rupa? Tidak!
Jika pendapat Pak Hendro
Tan betul, maka seni rupa kontemporer yang 'baik' hanya bisa datang dari
negeri2 Eropa dan Amerika Serikat. Artinya, dunia seni rupa akan mengulangi
dominasi dan dictatorship dari dunia barat!
Sebagai penutup, mohon Pak
Hendro Tan jangan menyindir orang2 luar yang bertujuan mencari profit dari seni
rupa Indonesia, karena Pak Hendro Tan sebagai galeris mencari profit di seni
rupa, mengapa mereka tidak boleh?
Salam,
WW
--------------------------------------------------
SMS
dari Pak Wiyu : tgl. 14 januari 2013
Dear
Temans, THIS WEEK ART ACTIVITIES Sebentar lagi, akan ada tulisan tentang seni
rupa kontemporer Indonesia
di harian bergengsi The New York Times. Saat penulisnya ditanya "Mengapa
Anda menulis tentang seni rupa kontemporer Indonesia ?". Dia menjawab:
"Karena saya bertemu sangat banyak orang di Amerika dan Eropa, mereka
semua mengatakan bahwa boom seni rupa berikutnya adalah Indonesia ".
<wiyu bb pin 22C4CBAF>
——> Balasan kami
kepada Pak Wiyu : 14 Januari 2013
YTH.
Menanggapi
sms Pak Wiyu, he he .. Tidak akan ada Boom Pak , SEBELUM ADA BUKU SEJARAH
SENI RUPA INDONESIA DAN BUKU SEJARAH SENIRUPA KONTEMPORER
INDONESIA YANGKOMPREHENSIF , TIDAK AKAN ADA BOOM - BOOMING LAGI., SIMPAN
SAJA MIMPI BULE ITU, Pizza .. Pizza .... beli satu dapat tiga ..
Best regards hendrotan
——> Balasan kami kepada
Pak Wiyu : 14 Januari 2013
YTH.
1.
Bahwa
Senirupa Indonesia MEMERLUKAN ADANYA BUKU UTK CATATAN SEJARAHNYA yg
Komprehesif , karena itu akan memenuhi persyaratan legitimasi , logikalitas dan
rasionalisasi sebagai energy BOOM – BOOMING yad.
2.
Selama ini
kebanyakan Kolektor dan Investornya kurang mengerti mengenai kepentingan masif
tsb.,Galeri dan Kuratornya tidak mau mengerti , Lembaga pendidikan, Institusi
negara dan perupa mapannya kebingungan tidak tahu harus bagaimana ? Alih alih
bodoh berjemaah ..
Best regards hendrotan
——> Balasan kami
kepada Pak Wiyu : 15 Januari 2013
Boom tanpa
wacana akan menjadi boom yg naïf , sesaat dan sesat . dia tidak
membangun struktur medan pasar senirupa , tapi
sekadar menciptakan sensasi picisan, yg merugikan dan melukai Kolektor
dan Investor, juga ( kedepannya ) menghancurkan SENI RUPA INDONESIA .
Best regards hendrotan
——> Balasan kami kepada
Pak Wiyu : 15 Januari 2013
Dukun
pembual berambisi merubah peta seni rupa Indonesia ,
dengan mendesign ulang struktur medan
pasarnya, design sesat tersebut, didukung korbannya = para pemodal muda
yang potensial yang terubah pikirnya jadi kelompok kecil spekulan seni, ya …
jadi pengikut saja disesatkan, selain itu mereka tanpa malu mengabaikan
kontribusi elemen SRI ( Galeri, Kurator dan Perupa muda ).
Best
regards hendrotan